Apa harapan terbesar bagi seorang pemuda
atau pemudi yang belum menikah? Hampir bisa dipastikan, jawabannya
adalah mendapatkan pasangan yang shalih. Meskipun kemudian ukuran
keshalihan tersebut bermacam-macam, namun semuanya setuju, keshalihan
menjadi syarat mutlak bagi mereka yang hendak membangun rumah tangga.
Bagi pemuda pemudi yang –alhamdulillah- telah dikarunia pemahaman
Islam yang baik, syarat keshalihan ini (harus) menempati urutan pertama.
Paras rupawan, harta berlimpah, keturunan yang baik dan kedudukan yang
tinggi, semuanya ini menjadi pelengkap –walaupun tetap perlu
diperhatikan juga- ketika hendak memilih pasangan.Menikah, bukan untuk sehari dua hari. Lagipula, siapa yang tidak ingin menjalani biduk rumah tangga bahagia hingga akhir hayat. Ibarat mengarungi samudera luas dengan ombak dan badainya yang senantiasa mengancam, pernikahan yang dijalani tentu tidak selamanya tenang dan bahagia. Ada masa ketika situasi-situasi sulit menghampiri. Masa ketika kemampuan kita untuk menghadapi situasi-situasi sulit tadi akan diuji. Masa ketika semua embel-embel paras, harta, kedudukan, dsb., menjadi tidak berguna. Maka ketika itu, keshalihanlah bekal abadi yang harus dimiliki.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan wejangan kepada pemuda pemudi yang hendak merajut tali kasih dalam satu ikatan suci. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تُنْكَحُ المَرْأَةُ لأَرْبَعٍ :
لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ
الدِّيْنِ ، تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Seorang wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya,
kedudukannya, kecantikannya dan agamanya, pilihlah pemilik agama niscaya
kamu beruntung.” (HR. Al-Bukhari)
Pesan berharga lain yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berikan khusus kepada para wali adalah (artinya), “Jika orang yang kamu
ridhai agama dan akhlaknya melamar kepadamu maka nikahkanlah dia.”
(Shahih at-Tirmidzi 3/305)Menjadi Pribadi Shalih
InsyaAllah sampai di sini kita telah sepakat, bahwa keshalihan adalah prioritas pertama. Selanjutnya mungkin ada pertanyaan yang terbersit. Bagaimana cara mendapatkan pasangan yang shalih? Hmm, jawabannya sangat mudah sekali. Cukup dengan satu cara.
Jadikan diri kita shalih! InsyaAllah kita akan mendapatkan pasangan shalih yang kita dambakan.
Dalam kehidupan, ada sebuah peraturan tidak tertulis, bahwa sesuatu cenderung bersatu dengan sesuatu yang sepadan atau sesuai. Sebaliknya sesuatu akan berpisah atau menghindar dari sesuatu yang berbeda dengannya. Semakin banyak kesamaan dan kesesuaian, maka akan lebih mudah bersatu dan bersama. Semakin besar perbedaan antara keduanya, maka semakin lebar jurang yang akan memisahkan.
Banyak contoh riil di sekitar kita yang menunjukkan ‘hukum alam’ tersebut. Misalnya, kita menyaksikan para fans sepakbola berkumpul dengan sesama fans sepakbola. Para penggila hobi otomotif akan sering bercengkrama dengan sesama penggila otomotif. Kita ketahui juga, ada perkumpulan, organisasi, klub, atau apapun namanya, karena mereka memiliki hobi, ide, pikiran, atau harapan yang sama. Apa yang mendorong mereka untuk berkumpul bersama? Jawabannya adalah kesamaan yang mereka miliki. Perlu diketahui bahwa dari semua hal yang menyatukan manusia, yang paling kuat dan lama adalah kebaikan atau keshalihan, sedangkan yang lain hanya sementara.
Pada saat kita telah memahami begitu pentingnya keshalihan dalam membangun keluarga Islami, lalu kemudian berusaha men-shalih-kan diri kita, saat itu sebenarnya kita telah memiliki kunci pintu memasuki lingkungan orang-orang yang shalih pula.
Sudah menjadi sunatullah, bahwa kebaikan bertemu dengan kebaikan, orang-orang baik berjodoh dengan orang-orang yang baik. Keburukan selalu berdampingan dengan keburukan dan orang-orang yang buruk akan berkawan dengan orang-orang yang buruk juga.
Mengenai hal ini, sebenarnya Allah telah memberitahu kita dalam firman-Nya, bahwa: ”Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.” (terjemah QS. An-Nur: 3).
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (terjemah QS. An-Nur: 26).
Bersatunya manusia-manusia shalih
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan teladan dan tuntunan yang sudah semestinya kita praktekkan. Pernikahan beliau merupakan pernikahan terindah yang dicita-citakan oleh semua pengikutnya. Para pendamping beliau adalah para wanita shalihah. Begitu pula putri-putri beliau. Suami dari putri-putri beliau adalah orang-orang yang shalih pula. Kemudian para shahabat beliau yang shalih, beristrikan wanita-wanita shalihah, dan begitu seterusnya. Mereka bersatu padu karena keshalihan, di dalam keshalihan, dan untuk keshalihan.
Kesimpulannya, bagi siapa saja yang sudah sangat berhasrat ingin memperoleh pasangan yang shalih, solusinya hanya satu. Jadilah pribadi yang shalih! Jangan sampai, cita-cita didampingi pasangan shalih, menjadi sebuah angan-angan belaka.
Wallahul musta’an.