“Maka tetaplah
(istiqomahlah) kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah
kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Hud: 112)
Kutipan ayat Al Quran di atas, secara jelas menyatakan, bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala
memerintahkan kita untuk istiqamah di atas agama Islam, satu-satunya
jalan kebenaran (agama) yang diridhai Allah. Perintah istiqamah ini juga
disampaikan oleh rasul-Nya, Nabi Muhammad shallallahu ’alaihi wasallam, di antaranya dalam suatu hadits, ketika ada seorang sahabat yang bertanya: ”Ya Rasulullah, ajarilah aku tentang Islam yang aku tidak akan menanyakan ini lagi kepadamu?” Maka Rasulullah pun menjawab, “Ber-Islamlah, berbuat baiklah lalu istiqamah”.
Istiqamah, berasal dari kata ”qaama”
yang berarti berdiri, tegak lurus. Dalam bahasa Indonesia, isitiqamah
diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen. Secara
terminologi, kata istiqamah memiliki beberapa makna, di antaranya
seperti yang dikemukakan oleh para sahabat yang mulia, seperti Abu Bakar
ash-Shiddiq radhiyallahu ’anhu yang mengatakan bahwa istiqamah adalah kemurnian tauhid. Makna istiqamah juga disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu: istiqamah adalah melaksanakan kewajiban-kewajiban. Imam an-Nawawi menyatakan bahwa istiqamah adalah tetap dalam ketaatan dan di atas jalan yang lurus dalam beribadah kepada Allah.
Sebagai seorang muslim, tentu sikap
pertama yang harus ditunjukkan manakala mendapat perintah dari Allah dan
rasul-Nya adalah, sikap tunduk patuh dan taat (sami’na wa atha’na).
Begitu pula dalam hal perintah untuk ber-istiqamah. Maka istiqamah ini
menjadi kewajiban yang senantiasa harus kita laksanakan. Meskipun kita
akui, hal ini berat bagi jiwa dan raga kita.
Dan amal istiqamah ini terasa semakin
berat kita realisasikan dalam kehidupan sehari-hari, di zaman sekarang.
Suatu zaman, dimana begitu banyak tantangan dan godaan di sekitar kita,
yang setiap saat mengajak untuk berpaling dari perintah Allah dan
rasul-Nya. Suatu zaman, ketika perilaku menyimpang tersebar di mana-mana
dan menjadi sesuatu yang lumrah. Ketika manusia ramai melakukan
kejahatan, ketika orang-orang berduyun-duyun mendatangi tempat-tempat
penuh kemaksiatan, ketika banyak orang yang mengaku ulama mengajak
kepada kesesatan. Kita menyaksikan saat ini, bagaimana orang-orang di
sekitar kita begitu disibukkan dengan urusan dunia dan lupa akan
kehidupan akhirat. Kita juga menyaksikan bagaimana orang-orang yang
dianggap sebagai ulama/ pemuka agama di masyarakat, malah mengajak umat
kepada penyimpangan, sampai-sampai mereka mengatakan bahwa semua agama
sama. Padahal, bagi seorang muslim, hanya Islam-lah agama yang benar.
Hanya Islam-lah jalan kebenaran yang diridhai Allah, tidak ada jalan
yang lain. Sungguh kondisi zaman kita sekarang ini, sangat berat bagi
seorang muslim yang berusaha istiqamah.
Maka, di sinilah letak urgensi dan
keutamaan amal istiqamah. Dengan istiqamah, kita akan menjadi hamba yang
dicintai Allah dan dengan istiqamah kita akan senantiasa berada dalam
bimbingan Allah, meskipun kita berada di tengah masyarakat yang jauh
dari bimbingan dan cahaya Islam. Semoga Allah Ta’ala memberikan kemudahan dan kekuataan untuk bisa istiqamah di atas ketaatan kepada-Nya. Amin.